Posts

Showing posts from 2012

Cmungudh Eaaaa...

Beberapa hari yang lalu seorang teman lama menelepon. Awalnya cuma obral-obrol biasa, lama-lama jadi curhat. Katanya dia terancam didepak dari pekerjaannya karena dianggap kurang memberikan kontribusi. Dia lantas nangis-nangis sebesar bombay. Katanya, setiap hari kerja sampai malam, kadang hari libur dilibas juga, ternyata dia cuma dinilai sebatas statistik laporan penjualan. Selama ini dia terlalu ramah, lembek kalau kata perusahaannya. Teman saya ini bekerja jadi baut di perusahaan raksasa. Satu dari ratusan domba di padang rumput yang luas. Kalau dia tidak melompat, dia tidak akan terlihat. Perusahaan tempatnya bekerja memberikan waktu 3 bulan untuk melompat, setelah itu jreng-jreng... Saya yang tidak tahu suka duka orang kantoran lalu sok memberi saran, "Ya sudah kerja saja lebih keras 3 bulan ke depan." Dia tambah sesegukan. Saya tambah bingung. Dia bilang bukan tidak bisa, tapi tidak mau. Kalau dia handal di pekerjaannya, dia takut berubah jadi orang yang bengis.

Berani Karena Benar, Takut Karena Ayam

Dalam minggu yang sama, saya dihadapkan dengan dua pembicaraan yang menakutkan saya. Pertama tentang kemungkinan meninggalkan dua kota yang paling nyaman bagi saya saat ini. Pilih kota lain selain Bandung dan Jakarta, buat petualangan baru di sana. Saya takut dan saya yakin kelinci sama takutnya. Tapi apa dua orang takut bisa berubah jadi berani? Tepat keesokan harinya saya langsung dijedotin dengan ketakutan kedua. Yang ini ceritanya panjang dan dimulai dari beberapa tahun yang lalu. Begini... Sudah lama saya bete sama pembangunan masjid yang menurut saya sering berlebihan. Kadang-kadang saya bisa melihat bangunan itu berdiri gagah padahal di sekitarnya berdiri rumah-rumah yang kuyu dan lesu. Saya pengen banget masjid itu jadi tempat yang fungsional, terbuka untuk semua. Tempat saling belajar. Tempat saling berbagi. Seperti fungsinya di jaman Rasul atau kejayaan masa lalu yang sayup-sayup sering saya dengar. Bukan menghabiskan uangnya untuk pembangunan. Logikanya, Indonesia itu

Suffer Lover

Image
Saya tidak tahu apa passion hidup saya dan entah kenapa saya tidak terlalu percaya kalau orang dituntut hanya punya satu passion. Kalau passion disederhanakan dengan pertanyaan: apa yang akan kamu lakukan kalau kamu punya uang yang tidak terbatas? Maka saya akan jawab: saya akan bikin sesuatu untuk pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang setara (bukan sama) untuk semua orang Indonesia, siapa pun dia, di mana pun dia. Tapi apa saya menganggap itu passion? Saya pikir saya akan jawab, kayaknya nggak juga. Karena kalau keadaan di negara ini cukup adil, mungkin saya akan memberikan jawaban yang lain untuk pertanyaan yang sama. Apalagi saya juga suka banyak hal lain dalam kahirupan ini. Tapi eniwey... Coba kita anggap apapun jawaban atas pertanyaan di atas sebagai passion saya. Berarti itulah bidang yang sekarang ini sedang saya kejar. Kenyataannya tidak, saya belok jauh sekali. Saya bahkan tidak tahu cara untuk mendekatinya (atau malahan tidak mau tahu?). Bagi saya menjalankan hidup

Kahirupan

Ngluruk Tanpo Bolo Menang Tanpo Ngasorake Sekti Tanpo Aji-Aji Sugih Tanpo Bondho ...semoga...