Monster

Saya baru ingat rasanya berada di titik nol ketika akhirnya (kembali) merasakannya. Saat ini, di tempat ini, di titik ini: nol kilometer.

Mumpung di titik nol begini saya bebas menentukan (lagi) masa depan saya. Nothing to lose. Toh masih di nol. Mau apa, di mana, arahnya ke mana, sama siapa. Bebas. Ini saatnya saya tentukan mau jadi orang seperti apa. Kalau harus dijawab dengan klise dan cepat saya akan bilang, "Saya ingin jadi orang baik. Idih cih geli."

Entah kenapa kepala saya mengingat ucapan sinis seorang teman di kampus--sempat pula jadi teman satu kontrakan--yang dia lontarkan sekitar 8 tahun yang lalu (buset gue tua amat!).

Dulu dia pernah bilang, "Pada akhirnya orang yang berusaha keras melakukan kebaikan akan berakhir tidak melakukan apa pun. Sedangkan orang yang sama sekali tidak punya niat baik atau bahkan jahat justru akan berbuat banyak."

Saya was-was mengingat kata-kata silet teman saya itu karena mulut orang itu memang kerap terdengar nyelekit, tapi anehnya dia sering benar.

Mumpung saya sedang dalam suasana nol kilometer, maka saya lihat perjalanan saya di kilometer kemarin. Saya usaha melakukan sesuatu yang saya pikir bisa membuat kebaikan, ada niatan untuk mengubah keadaan, tapi sedihnya hasilnya memang tidak ada. Lagi-lagi nol. Sedangkan di TV akhir-akhir ini orang sedang ramai memuji "kebaikan" Bakrie yang menghibahkan tanahnya pada tim bola nasional. SIAAAAAAALLLL!!!

Teman sinis saya itu benar. Kalau ada manusia yang saya anggap monster dan patut dibenci itu adalah Bakrie, yang masih bisa hidup enak sementara buanyak orang lain hidupnya terlantar gara-gara dia. Dan kini manusia yang saya anggap monster itu disebut "pahlawan" karena seupil hartanya bisa berbuah sesuatu. SIAAAAAALLLLL!!!

Plis deh... gitu aja kok heran. Di cerita fiksi kan juga begitu. Monster Arthur Case merampas harta korban Holocaust yang mati tersiksa, lalu dia putar peruntungan dengan harta itu, jadi super kaya raya, dan tinggal menjalani sisa hidup jadi manusia sholeh baik hati tidak sombong yang selalu beramal baik. Monster Arthur Case pun bisa mati jadi pahlawan.

Apa saya harus jadi monster?

Saya bukannya pengen jadi pahlawan, tapi saya depresi juga terus melakukan nol dengan hasil nol yang bermanfaat untuk nol orang. Padahal saya lagi sensi liat emperan dan tidak bisa berbuat apa-apa. Apa tidak ada orang baik bukan monster atau bukan keturunan monster yang berhasil melakukan sesuatu?

Mungkin V. Eh... tapi V monster juga ding.

Agak berbeda dengan Arthur Case, V jadi monster karena berusaha membunuh monster. Seperti kata Nietzsche yang dikutip buku anak-anak favorit saya, "He who fights with monsters should look to it that he himself does not become a monster. And when you gaze long into an abyss the abyss also gazes into you." V gagal. What was done to him was monstrous. Dan V jadi monster.

Duuuh dilema kahirupan... Mau melakukan sesuatu kesannya cuma bisa kalau jadi monster dulu, atau kalau pun mau jadi orang baik yang membunuhi itu monster-monster, ujung-ujungnya jadi monster juga.

Akh... apa saya jadi monster aja ya? Cookie monster.




Me gotta be blue
Me gotta be blue!
What else can me do?
Me wish me do, but me haven't got clue...
Me gotta be blue
-me gotta be blue, cookie monster-
*coba dengarkan juga lagu aslinya: I Gotta Be Me, Sammy Davis Jr.

Comments

rani said…
tak usah jadi monster sal, jadi orang kaya aja :D
mumun said…
Tapi apalah gunanya berbuat baik kalo pamer. Jangan mau jadi monster seperti itu. Lebih baik jadi diri sendiri, be yourself
rani said…
pamer kalo tdk menyakiti mah ga pa2. kalo be yourself nya suka pamer gimana?
#sayamerasalosfokus

Popular posts from this blog

Di Ranjang Kita Mati

Tragedi Putar

Demi Mimpi